[ARTIKEL] Perfilman Indonesia yang Semakin Berkembang

sumber: https://kompaspedia.kompas.id/baca/data/foto/perkembangan-poster-film-indonesia 

Badan Perfilman Indonesia (BPI) mendefinisikan film Indonesia adalah film-film yang dibuat dengan sumberdaya Indonesia, dan keseluruhan atau sebagian kekayaan intelektualnya dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. Di era yang semakin modern ini film sangat dibutuhkan sebagai hiburan, baik itu film dalam negeri ataupun film luar negeri, lalu bagaimana perkembangan film di Indonesia dari awal sampai sekarang? Berikut penjelasannya. 
 
Proyeksi film Indonesia pertama kali muncul pada masa kolonial, yang mana film film tersebut hanya dapat ditonton oleh kalangan Eropa dan Amerika. Film yang di sajikannya pun hanya film dokumenter mengenai kehidupan warga lokal Indonesia dan juga keindahan alam. Selain itu terdapat juga film- film yang di impor dari Prancis dan Amerika Serikat, contoh film yang tayang pada tahun 1919 adalah “Onze Ost” atau “Timur Milik Kita”. 

Di tahun 1956 dikeluarkan sebuah kebijakan baru oleh Walikota Jakarta, Soediro, bahwa diwajibkan memutar film Indonesia pada bioskop kelas satu, kebijakan tersebut keluar diakibatkan terjadi penurunan produksi film Indonesia karena didominasi film-film Impor. Bioskop kelas satu didominasi oleh film dari Amerika sedangkan bioskop kelas dua di dominasi oleh film film dari Malaysia dan India.

Pada tahun 1980-an, Indonesia sempat menjadi raja di negara sendiri, pada dekade tersebut merupakan puncak kejayaan dalam popularitas industri perfilman setelah periode kemerdekaan. Sebagai contohnya film-film yang ada pada zaman tersebut adalah “Catatan Si Boy”, “Blok M”, “Pengabdi Setan” dan masih banyak film lainnya. Beberapa aktor dan aktris yang terkenal pada zaman tersebut adalah Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady, Desy Ratnasari, dan masi banyak aktor atau aktris lainnya pada zaman tersebut. 

Pada tahun 90-an perfilman Indonesia mengalami penurunan yang drastis, yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat pada tema-tema yang khusus untuk orang dewasa. Pada saat yang bersamaan Indonesia tidak lagi menjadi tuan rumah bagi filmnya sendiri, film film Hollywood dan Hongkonglah yang mendominasi perfilman Indonesia di era tersebut. 

Baru pada awal abad baru muncul kembali film-film Indonesia seperti “Petualangan Sherina” yang di bintangi “Sherina Munaf” Penyanyi Cilik pada masanya, film “Jelangkung” yang menjadi tonggak film horor remaja, ada juga film “Ada Apa Dengan Cinta” yang di bintangi Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo yang menampilkan film romance remaja, dan masi banyak lagi film film lainnya seperti “Biarkan Bintang Menari”, “Eiffle I’m In Love”, serta film “Arisan” yang mengangkat tema berbeda dari film film sebelumnya. 

Dalam sepuluh tahun terakhir perfilman di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan, beberapa buku yang memiliki nilai historis seperti buku “Biografi Ahmad Dahlan” diadaptasi menjadi film, selain itu ada buku “Laskar Pelangi” yang juga di angkat ke layar lebar. Menurut Dyna Herlina S (2014) dalam artikel yang berjudul “Komodifikasi Histori Dalam Sinema Indonesia” mengemukakan catatan-catatan film terlaris sejak tahun 2008-2012 berturut turut adalah film “Laskar Pelangi”, “Ketika Cinta Bertasbih”, “Sang Pencerah”, “Surat Kecil Untuk Tuhan”, dan film “Habibie & Ainun”.

Perkembangan film di Indonesia semakin pesat selama satu dekade yang lalu, terlebih di tahun 2020. Di tahun 2010-2019, ada beberapa film yang paling laris di Indonesia berdasarkan jurnal perkembangan film Indonesia yang memiliki jumlah penonton sampai jutaan penonton di setiap filmnya. 

Membahas pasar film tidak lepas dari pihak yang menyediakan film itu sendiri, yaitu bioskop. Saat ini bioskop memiliki masalah yaitu kekurangan tempat, sedangkan produksi film semakin banyak, sehingga beberapa film yang siap tayang harus mengantri terlebih dahulu dengan film film baru yang belum bisa beredar di Indonesia, jadi tidak heran jika sering terjadi penumpukan film setiap bulannya di perfilman Indonesia. 

Bisa kita lihat fenomena ini, dari lima belas film Indonesia yang langsung rilis bersamaan dengan tujuh film Hollywood yang beredar, tak heran jika berbagi layar dan jam tayangnya pun berkurang. Saat ini bioskop Indonesia dikuasai oleh oleh Cinema 21 yang memiliki seribu tiga layar di Indonesia, kemudian ada CGV dan Cinemaxx yang mempunyai 200-an layar, jika di hitung hitung jumlah layar baik dari Cinemaxx, CGV, dan Cinema 21 maka di perkiraan sekitar lima ribu layar yang tersebar di Indonesia. 

Begitupun dengan jumlah penonton film Indonesia yang setiap tahunnya mengalami peningkatan seiringnya meningkatnya kualitas perfilman di Indonesia. Tercatat dari data dunia film, jumlah penonton film di Indonesia di tahun 2019 sekitar 51 juta yang meningkat dari tahun 2017 yang diperkirakan hanya 42 jutaan penonton saja. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 malah semakin sedikit hanya 32 juta penonton. Hanya dalam jangka waktu dua tahun saja jumlah penonton sangat meningkat dan sangat pesat, ini membuktikan bahwa perkembangan film di Indonesia sudah sangat berkembang dari tahun-tahun lalu. (Artikel ini ditulis oleh Haikal Kamil, 2 November 2022)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berita MAN 2 Jakarta : Outing Class 5 Hari Penuh Makna, Goes to Bromo-Malang-Jogja